Jumat, 24 April 2009


Peran Orang Tua bagi Anak ................ 


Saat kita masih kanak-kanak, mungkin sering kita membayangkan betapa enaknya menjadi dewasa...dalam bayangan kita, orang yang telah dewasa dapat melakukan apapun yang diinginkannya tanpa harus dilarang-larang ..
 
Sehingga sering kita menjadi tak sabar untuk segera menjadi dewasa, bahkan kadang saat orang tua menganggap kita masih kecil kita sering kesal karena kita merasa sebenarnya sdh cukup dewasa. Secara naluri sejak kecil kita memang telah diperjalankan untuk mengintip dunia dewasa, tentunya kita masih ingat saat kita kecil, pasti diantara kita pernah bermain ibu-2an atau bapak-2an ... betapa di usia kita yg masih kanak-2 ternyata kita sudah dapat menginterpretasikan sosok orang tua... dan bawah sadar kita seakan-akan sudah bisa membayangkan bagaimana kelak sosok kita sebagai orang tua.. 

Kadang dalam usia yang masih sangat belia, kita sdh mampu menilai bagaimana orang terdekat dengan kita menjalankan perannya sebagai orang tua..dan tak jarang kita bisa mengkritik setiap ketidak benaran dalam perilaku orang tua kita hanya saja kritik tersebut biasanya hanya tersimpan dalam hati dan ujung-2nya yang terpikir adalah.. "besok jika jadi orang tua aku tidak akan melakukan hal itu .."

Lalu bagaimana sesunguhnya peran orang tua dalam perkembangan pribadi anak ?

Sebagai contoh ada pengalaman masa kecil yg sampai saat ini terekam dengan baik di memori otakku, saat usia masih 7 atau 8 tahun sebagai layaknya anak seusia tersebut, yang namanya "jajan" itu merupakan suatu kenikmatan tersendiri .. saat itu ketika tengah bermain bersama di rumah seorang teman ada penjual rujak pikul (jaman itu rujak dorong masih jarang) yang lewat didepan rumah buahnya sangat menggiurkan mata dan lidah anak kecil seperti kami .. berbekal uang yang ada kami memanggil Bapak penjual rujak pikul tersebut dan minta dibuatkan rujak.. sedang enak-2nya melahap rujak disaksikan si tukang rujak yg sedang numpang istirahat sejenak tiba-tiba dari dalam rumah teman muncul ibunya, melihat kami makan rujak ibu temanku itu langsung memarahi temanku dan mengatakan bahwa rujak itu kotor dan bisa membuat sakit perut..dan dengan entengnya, pincukan rujak yang tengah kami santap diambilnya dan dibuangnya didepan bapak penjual rujak tersebut, dan menyuruh penjual rujak untuk segera pergi dari rumah temanku..

Waktu itu kami hanya bisa terpana .. aku melihat bapak penjual rujak itu merah mukanya, tapi tdk berkata apa-apa, sebaliknya temanku yang menangis, karena pertama mungkin merasakan waktu itu sangat malu diperlakukan seperti ini didepan teman-teman. Namun yang waktu itun terpikir di benakku adalah rasa kasihan kepada bapak penjual rujak yang tentunya sakit hati ketika rujak yang dengan sungguh2 dibuatnya dibilang kotor dan dibuang begitu saja dihadapannya.

Sangat luar biasa, pengalaman ini membuat anak kecil seusiaku waktu itu tanpa sadar sudah belajar arti menghargai orang lain. karena waktu itu aku sempat protes dalam hati..kalau memang tidak boleh makan rujak tsb, kenapa harus membuang rujak dihadapan Penjualnya... bukankah itu sangat menyakitkan hati bagi si penjual rujak..??

Dari cerita diatas, bisa disimpulkan bahwa masa kanak-kanak sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak. Anak yang tumbuh dalam tekanan dan doktrin keluarga yang berlebihan cenderung tumbuh menjadi pribadi intofert, pemalu dan tidak percaya diri. dan ini bisa terbawa hingga dewasa, namun hal ini bisa saja berubah jika dalam masa perkembangannya anak lebih diberi kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas..

Dan sebagai orang tua seyogyanya kita harus peka terhadap perkembangan anak, sesungguhnya kita sdh dapat melihat bagaimana dasar kepribadian anak sejak dini dengan melihat bagaimana anak menempatkan dirinya dalam suatu pergaulan, baik itu di lingkungan keluarga maupun di luar rumah ..jika anak lebih mudah berinteraksi dengan orang lain, maka anak bisa digolongkan extrovert. Sebaliknya, tipe anak introvert justru lebih menyukai dan menikmati waktunya untuk sendiri karena dalam kesendiriannya itu mereka lebih merasa nyaman dan biasanya anak seperti ini banyak merenung dan memikirkan peristiwa atau pengalaman yang dialaminya.

Sebenarnya apakah itu keperibadian yang extrovert maupun introvert masing-2 mempunyai kelebihan dan kekurangan dan pada dasarnya karakter tersebut tidak bisa serta merta dirubah, namun bisa di minimalisir melalui interaksi anak dilingkungan selain keluarga seperti sekolah, kelompok belajar atau lingkungan lainnya yang memungkinkan mereka bisa bersosialisasi dengan banyak orang, jadi sebagai orang tua sesungguhnya tidak perlu kita bingung menyikapi jika kita mendapati karakter anak yang demikian, yang terpenting bagaimana kita menyeimbangkan kehidupan sosialnya sehingga kelemahan dalam kepribadian introvert maupun extrovert tidak mengurangi potensi anak di bidang lainnya. 

Disamping itu, memang kita harus memberi perhatian lebih kepada anak-anak dengan kepribadian yang cenderung introvert, karena anak-2 seperti ini sulit mengemukakan perasaannya, segala permasalahan yang ada pada dirinya biasanya disimpannya rapat-rapat hal ini tentunya sangat berbahaya manakala si anak tak mampu mengatasi permasalahannya sendiri maka yang terjadi bisa saja mereka mengambil keputusan yang salah dan berakibat fatal. Pendekatan terhadap anak-2 dengan tipikal seperti ini harus dengan kesabaran dan pengertian. Posisikan diri kita sebagai teman atau sahabat dan cobalah kita kenali dunianya sehingga kita bisa membaca pikirannya dan mengerti apa yang sebenarnya mereka butuhkan.Biasanya anak yang tertutup cenderung lebih sulit mengemukakan perasaannya, dan kalaupun kita paksa hal ini akan menjadi tekanan psikologis bagi dirinya, jangan terlalu memaksa anak bercerita tentang perasaan atau kebutuhannya. mulailah dari kita sbg orangtua yang terlebih dulu bercerita kepada anak tentang hal apa saja yang menarik minatnya, memang tidak serta merta berhasil memancing respon anak namun dengan kesabaran lambat laun anak akan lebih mudah menunjukan atensinya dan merespon pembicaraan kita, dengan demikian otomatis mereka akan lebih terbuka. Jika antara anak dan orang tua sudah bisa menjalin komunikasi dengan baik, maka insyaallah selanjutnya orang tua akan lebih mudah mengarahkan anak-2 hingga mereka dewasa.

Orang Tua pada umumnya cenderung menilai anak extrovert lebih baik dari introvert, sebenarnya penilaian ini tdk sepenuhnya benar, orang tua juga harus lebih jeli mengamati. Justru karena anak-2 dg kepribadian extrovert lebih mudah mengemukakan perasaannya tanpa dimintapun kadang mereka akan menceritakan apa saja yang menarik minat mereka, mereka lebih berani memperlihatkan ekspresi jiwanya bahkan cenderung over confidence sehingga jika kita tidak hati-2 dan bijak dalam menyikapi , mereka bisa tumbuh menjadi anak yang egois dan mementingkan diri sendiri, menuntut perhatian yang lebih dan cenderung bisa membentuk sifat sombong, untuk mengatasinya orangtua bisa mengarahkan anak untuk dapat menyesuaikan diri, kapan saat yang tepat si anak bisa menyampaikan apa yg ingin diceritakan..sehingga anak lama-lama akan terlatih untuk lebih peka pada situasi ...(misalnya saat kita sedang terlibat pembicaraan dengan org lain, mereka bisa mengerti bahwa dlm kondisi seperti ini orang tua mereka tdk dapat sepenuhnya menanggapi cerita mereka). sebaliknya sebagai orang tuapun kita harus bijak dlm memberi pengertian ke anak dan setiap arahan atau nasihat harus dengan alasan atau argumen yang mudah diterima sesuai dengan usia anak.

Kesimpulannya adalah 
• Apapun Sifat dan karakter anak , dapat diatasi dengan cara mencoba memahami kepribadian anak tersebut. Posisikan diri sebagai teman atau sahabat dan coba kenali dunianya untuk dapat membaca pikirannya dan mengerti apa yang sebenarnya mereka butuhkan.
• Berikan lingkungan suasana didalam keluarga yang teratur namun tidak kaku, terapkan aturan-aturan yang wajar dengan tetap memperhatikan kebutuhan dasar anak sesuai tahapan usianya.
• Berilah kebebasan anak untuk bersosialisasi diluar rumah dengan tetap memberikan rambu rambu yang harus dipatuhi anak.
• Ciptakan komunikasi dengan dasar kasih sayang dan ketulusan.
• Usahakan agar pola didik keluarga dan sekolah dapat sejalan sehingga tidak menimbulkan kontradiksi dalam diri anak, jikapun ada yang dirasa berbeda jangan segan untuk mendiskusikan hal ini pada pihak sekolah sehingga tercipta kesesuaian pola didik.
• Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda beda, sebagai orang tua jangan sekali-kali membandingkan karakter anak satu dengan yang lain, karena hal ini secara tidak langsung dapat menanamkan sifat buruk pada anak (iri, sombong atau rendah diri).
• Dukungan berupa pujian dan penghargaan itu memang perlu untuk memotivasi anak, namun lakukan dengan proposional dan jangan berlebihan, karena kita juga harus memberikan pemahaman kepada anak bahwa berbuat sesuatu yang "lebih" itu adalah semata untuk kebaikan diri dan bukan sekedar untuk mengharapkan pujian.
• Biarkan anak berkembang dan menjadi dirinya sendiri, sebagai orang tua kita hanya mengarahkan, mengawasi dan membantu jika anak menghadapi kesulitan..

Yang terpenting dari semua hal diatas adalah biasanya anak cenderung mencontoh perilaku orang terdekatnya yaitu kita sebagai orang tua, oleh sebab itu jadilah "orang tua" yang bisa dijadikan "Contoh yang Baik" bagi anak-anaknya

Mudah-2an Hal-hal diatas sedikit banyak bisa membantu orangtua-2 muda yang kadang bingung menghadapi anak-anaknya, tidak ada sesuatu yang sulit jika kita mau terus belajar, berusaha dan berdoa... agar kita senantiasa diberi kemudahan dalam mendidik anak-anak kita. 

Semoga kita sukses mengantar anak-anak kita menjadi tunas bangsa yang kelak dapat memimpin negeri ini dengan baik...

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar